Asal-Usul Natal
Natal dari bahasa Portugis yang berarti kelahiran. Peringatan hari kelahiran Yesus Kristus tidak pernah diperintahkan oleh Tuhan untuk dilakukan. Dalam Perjanjian Baru tidak pernah menceritakan adanya perayaan hari kelahiran Yesus yang dilakukan oleh Gereja Awal.
Setiap tahunnya umat Kristiani merayakan Natal pada tanggal 25 Desember memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal merupakan hari raya baru yang diadopsi dari tradisi Romawi yang memperingati hari kelahiran dewa matahari.
Kenangan Natal
Natal adalah masa yang baik untuk mengenang kembali pengalaman hidup sepanjang tahun, bahkan seumur hidup yang telah silam. Dalam hidup kita telah melewati pahit getirnya kehidupan, dan bagaimana cara Tuhan telah menolong dan mengangkat dari kesusahan. Hal ini penting bagi kita untuk menentukan sikap dalam menjalani hidup dalam Tahun yang baru.
Untuk merayakan natal kali ini, kenanglah natal yang sesungguhnya, bagaimana Yesus Kristus lahir dalam kehinaan di kandang domba, namun membawa sukacita yang besar bagi Yusuf dan Maria. Jika saudara menghadapi masa sulit dan kekurangan dalam keuangan, belajarlah pada Para Gembala dipadang dalam merayakan natal. Mereka tidak punya apa-apa, mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan, tetapi mereka dipilih oleh para malaikat di Surga untuk merayakan natal bersama. Para gembala dipilih karena mereka mampu berpadan dengan apa yang ada padanya, merka bisa menikmati natal dengan penuh sukacita walaupun ditengah malam yang dingin, karena para malaikat berkenan hadir bersamanya.
Jika saudara lagi hidup diberkati dan berkelimpahan, rayakanlah natal dengan belajar kepada ke tiga orang majus. Mereka tidak merayakannya dengan pesta, tetapi mereka bersusah payah berjalan mencari sampai bertemu dengan Yesus. Dan apa yang berharga dalam hidupnya dipersembahkan padaNya, dan akhirnya mereka merasa puas dan bersukacita. Saudara, rayakanlah natal kali ini dengan cara temukan Yesus Kristus dalam hidupmu, muliakanlah Dia dengan hartamu, raighlah sukacita natal dalam hati.
Keistimewaan Natal
Natal adalah hari-hari yang istimewa dalam hidup. Natal yang sesungguhnya adalah adanya kelahiran Yesus Kristus dalam hati, yaitu saat kita membuka pintu hati maka dia akan masuk Wah.3:20. Dengan demikian kita akam mengalami damai dan sukacita, itulah natal yang sesungguhnya. Jadi natal tidak hanya dirayakan pada bulan Desember, tapi dapat dirayakan setiap saat dalam kehidupan kita. Kita rasakan dan nikmati damai dan sukacita itu seperti pengalaman para gembala di padang
Suka Duka Natal
Natal yang dirayakan setiap bulan Desember adalah masa yang dapat menimbulkan kebahagiaan sekaligus kekecewaan. Karena itu jangan biarkan natal menjadi saat yang mengecewakan dalam hidup.
Saat-saat menjelang Bulan Desember adalah saat yang dinanti-nantikan, dan itu membahagiakan karena Tuhan masih memberikan kesehatan menyambut natal kali ini. Tapi kalau kita mulai mempersiapkan diri, seperti cara duniawi, seperti pesta natal yang dilakukan bangsa Romawi dalam memperingati kelahiran dewa matahari, yaitu dengan pesta pora dan bersenang-senang sepanjang malam, maka hal ini akan menimbulkan kekecawaan.
Kita dapat sukses merayakan pesta natal yang meriah, dengan hiasan pohon natal yang indah serta pakaian yang baru, tetapi kita tidak akan menemukan makna natal yang sesungguhnya yaitu damai dan sukacita dihati. Ada saja yang terjadi yang dapat merebut kedamaian itu, sehingga timbullah kekecewaan.
Rayakanlah natal dengan pola yang sederhana, seperti para gembala di padang dan orang majus dari timur. Jangan seperti para penyembah dewa matahari di Roma, Supaya para malaikat tuhan Berkenan hadir dan membawa damai sejahtera dalam hidup kita.
Natal Bisa Jadi Berhala
Natal jika dirayakan dengan memaksakan diri menyediakan segala sesuatunya, dan merupakan suatu tradisi yang harus dirayakan dengan acara pesta, maka hal tanpa disadari bahwa kita telah memberhalakan natal itu sendiri.
Kebanyakan umat Kristiani menjelang Bulan Desember mempersiapkan pohon natal yang indah, pakaian baru yang indah, makanan istimewa, untuk merayakan natal. Hal ini boleh saja dilakukan, sepanjang tidak memaksakan diri, berpadan dengan apa yang ada, dan tidak menjadi suatu keharusan.
Kita dapat merayakan natal dengan atau tanpa pohon natal, dengan atau tanpa pakaian baru, dengan atau tanpa makanan istimewa. Semua ini adalah tradisi yang dapat berubah jadi berhala dalam pribadi kita
Hiasan Natal
Dekorasi natal yang pali popular adalah Pohon Cemara. Kebiasaan ini dimulai dari Jerman kemudian berkembang ke seluruh dunia. Hiasan natal dapat saja terbuat dari berbagai jenis pohon, tidak ada keharusan harus pohon cemara.
Dekorasi natal yang lain adalah pernak-pernik hiasan natal, dari berbagai jenis buah, bunga, bintang, salib, lampu-lampu, perlengkapan santa claus dan lain-lain.
Semua ini hanyalah hiasan yang dapat dipetik maknanya dikaitkan dengan kehidupan dalam merayakan natal. Bukanlah suatu yang berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus secara langsung. Kalau ini kita menganggap dekorasi natal berhubungan dengan kelahiran Kristus, maka kita akan sesat. Satu-satunya yang berhubungan dengan kelahiran Yesus adalah munculnya bintang yang khusus di langit, dan hadirnya para malaikat di padang Efrata.
Makna yang dapat dipetik dari hiasan natal adalah :
- Pohon cemara adalah pohon yang tetap hijau sepanjang musim dingin, dengan menjadikan pohon ini sebagai dekorasi natal agar supaya kita dapat bercermin pada pohon ini. Yaitu dengan natal agar kita jadi kuat dan tegar seperti pohon cemara, sekalipun kita banyak mengalami suka duka dan badai pencobaan dalam kehidupan ini, tetapi biarlah kita tetak kuat dalam Tuhan.
- Berbagai pernak-pernik pohon natal dan hiasan lainnya, akan menambah semarak natal tersebut. Tanpa hiasan ini mapa pohon natal tidak akan tampak indah dan menarik. Hal ini dapat kita pahami bahwa keteguhan dalam mengikut Tuhan Yesus sekalipun menghadapi berbagai badai pencobaan, akan semakin indah dan menarik jika dihiasi dengan buah-buah, yaitu buah pertobatan, buah pelayanan dan buah Roh. Jadi hiasilah kehidupan iman pada Yesus dengan keteguhan dalam berbuah, yaitu tetap berbahagia, bersukacita dan mengasihi musuh-musuh, walau menghadapi sengsara, aniaya dan penderitaan dalam hidup.
oleh :
Pdt. Ir. Tinus siampa
Sambungan.....klik disini